TUGAS MANDIRI
STRES
Disusun
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah
Kesehatan Mental
Dengan
Dosen Pengampu Bara Sabarati, S. Psi, M. Psi
Disusun:
Nama : Indah Dwi Astuti
NPM : 14130083
UNIVERSITAS MUHAHAMMADYAH METRO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Stres”
dengan tepat waktu. Sholawat serta salam tak lupa saya sanjungkan kepada Nabi
besar kita Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya kelak di yaumul
kiamah nanti.
Saya
menyadari di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan tuntunan Tuhan Yang
Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini saya menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1.
Ibu Bara Sabarati,
S. Psi, M. Psi selaku dosen yang telah memberikan arahan kepada saya dalam
rangka penyelesaian makalah ini.
2.
Kepada orang tua
yang telah mendukung saya berupa material dan do’a sehingga makalah ini
terselesaikan.
3.
Kepada teman-teman
dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, maka saya menyadari bahwa dalam
penyusunan dan penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan,
baik dalam penulisan maupun penyajian materi. Untuk kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak sangat saya harapkan guna penyempurnaan
dalam penyusunan dan penulisan tugas individu ini dan tugas-tugas selanjutnya.
Metro, Juni
2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang............................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah....................................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Stres........................................................................... 3
B.
Gejala-Gejala Stres...................................................................... 4
C.
Penyebab Stres............................................................................ 7
D.
Klasifikasi Stres........................................................................... 8
E.
Cara Mengelola Stres.................................................................. 9
F.
Contoh Kasus Stres..................................................................... 12
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 16
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sesuatu hal dapat terjadi pada setiap orang, baik
hal yang buruk ataupun baik, seperti kondisi stress atau peningkatan
kesehatan. Pemahamantentang stress dan akibatnya sangatlah penting bagi upaya
pengobatan dan pencegahan stress itu sendiri. Setiap orang mengalami
sesuatu yang disebutstress sepanjang kehidupannya. Masalah stress sering
dihubungkan dengankehidupan modern dan sepertinya kehidupan modern merupakan
sumber bermacam gangguan stress. Para ahli telah banyak meneliti
masalah stress,terutama yang bertalian dengan situasi dan kondisi hidup.
Stres dapat memberikan stimulus terhadap perkembang
dan pertumbuhan, dan dalam hal ini stress adalah hal positif dan
diperlukan. Namun demikian, terlalu banyak stress dapat menimbulkan
gangguan-gangguan seperti, penyesuaian yang buruk, penyakit fisik
danketidakmampuan untuk mengatasi atau koping terhadap masalah.
Sejumlah penelitian yang telah dilakukan menunjukan adanya suatu hubungan
antara peristiwa kehidupan yang menegangkan atau penuh stress dengan
berbagaikelainan fisikdan psikiatrik (Yatkin & Labban, 1992).
Claude Bernand, tahun 1867, adalah satu dari ahli
fisiologi pertamayang mengenali konsekuensi stress. Ia menyatakan perubahan
dalamlingkungan internal dan eksternal dapat mengganggu fungsi suatu
organnismedan hal ini penting bagi organisme untuk mengadaptasi stressor
sehinggaorganisme tersebut dapat bertahan. Walter Cannon, tahun 1920,
menyelidikirespons fisiologis terhadap rangsangan emosional dan penekanan
fungsi adaptif dari reaksi ‘melawan atau lari’ (fight or flight). Cannon
jugamenunjukan bahwa respon ini adalah hasil dari pengaruh emosional padatubuh
dan bahwa respon selanjutnya adalah adaptif dan fisiologis (Robinson,1990)
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian depresi ?
2. Apa saja gejala-gejala depresi ?
3. Apakah penyebab depresi ?
4. Bagaimana klasifikasi stres?
5. Bagaimana mengelola depresi ?
C.
TUJUAN
1. Mengetahui pengertian depresi
2. Mengetahui gejala-gejala depresi
3. Mengetahui penyebab depresi
4. Mengatahui bagaimana klasifikasi stres
5. Mengetahui bagaimana mengelola
depresi
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
STRES
Stress
adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk
ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat
produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya,
stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress
disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut
strain.
Menurut
Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan
keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai
kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian
stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu
kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya
tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu
pelaksanaan kerja mereka.
Menurut
Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif,
apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan
dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita
berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu
sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman
atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan,
menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan
menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu
besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Arti Penting Strees :
Stress menurut Hans Selye 1976 merupakan respon tubuh yang bersifat tidak
spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan stress apabila seseorang
mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat
mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak
mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stress.
Respons atau tindakan ini termasuk respons fisiologis dan psikologis.
B. GEJALA
GEJALA STRES
Reaksi
Fisik – Psikologis
1. Reaksi
fisik : sakit kepala, sakit lambung, darah tinggi, sakit jantung (jantung
berdebar-debar), mudah lelah, kurang selera makan, sering buang air kecil,
keluar keringat dingin, sulit tidur (insomnia). Hans Selye (1946,1976) telah
melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh terhadap stress : Local
Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).
a. Local
Adaptation Syndrom (LAS)
Tubuh menghasilkan
banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan
darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya
berjangka pendek. Karakteristik dari LAS :
1) respon
yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system
2) respon
bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
3) respon
bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
4) respon
bersifat restorative.
b. General
Adaptation Syndrom (GAS)
Gas merupakan respon
fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat didalamanya
adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks GAS
sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin. Ada 3 fase GAS yaitu :
1) Fase
Alarm ( Waspada)
Melibatkan pengerahan
mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi
psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung
meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal
mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala
stress memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun
Fase alarm melibatkan
pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang
berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk
bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang
bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya
epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan
peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya
kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang
luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “ respons melawan atau menghindar
“. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih
menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
2) Fase
Resistance (Melawan)
Individu mencoba
berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta
mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya
kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab
stress. Bila teratasi à gejala stress menurun à tau normal
tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.
tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.
3) Fase
Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase
perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya.
Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan
seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha
melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan
kematian.
Tahap ini cadangan
energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi
stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah
yang akan berdampak pada kematian individu tersbut.
2. Reaksi
psikologis : gelisah, cemas, tidak dapat berkonsentrasi dalam pekejaan
atau belajar, sikap pesimis, hilang rasa humor, malas, sikap apatis, sering
melamun, sering marah-marah bersikap agresif baik secara verbal seperti
berkata-kata kasar, suka menghina, mupun non verbal seperti menendang-nendang,
menempeleng, membanting pintu atau memecahkan barang-barang.
a. Kecemasan
Respon yang paling umum merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan adalah emosi yang tidak menyenangkan istilah “kuatir,” “tegang,” “prihatin,” “takut”fisik antung berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur.
Respon yang paling umum merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan adalah emosi yang tidak menyenangkan istilah “kuatir,” “tegang,” “prihatin,” “takut”fisik antung berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur.
b. Kemarahan
dan agresi
Yakni perasaan jengkel
sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. Merupakan
reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi,
Agresi ialah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara
kasar dengan jalan yang tidak wajar. Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan,
tindak sadis dan usaha membunuh orang.
c. Depresi
Yaitu keadaan yang
ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa sedih
C. PENYEBAB
STRES
Stres
dapat terjadi karena: (1) fisik-biologik, penyakit sulit disembuhkan, cacat
fisik, merasa penampilan kurang menarik; (2) psikologik, negatif
thinking , sikap permusuhan, iri hati, dendan dan sejenisnya; (3) sosial:
(a ) kehidupan keluarga yang tidak harmonis; (b) faktor pekerjaan; (c) iklim
lingkungan.
Penyebab
Stres yang bukan bersumber dari pekerjaan: (1) Ttime based confict,konflik
terjadi karena menyeimbangkan tuntutan waktuantara pekerjaan dengan tugas rumah
tangga, misalnya wanita yang berperan ganda; (2) Strain based conflict,
terjadi ketika stres dari sumber meluap melebihi kemampuan yang dimiliki orang
tersebut, misalnya kematian suami atau isteri; (3) Role behavior
conflict, tiap karyawan memiliki peran dalam pekerjaan, Ia juga dituntut
lingkungan yang ada kalanya bertentangan dengan tuntutan pekerjaan; (4) Stres
karena adanya perbedaan individu.
Luthans (1992)
menyebutkan bahwa penyebab stres (stressor) terdiri atas empat hal utama,
yakni:
1. Extra
organizational stressors, yang terdiri dari perubahan sosial/teknologi,
keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, dan keadaan
komunitas/tempat tinggal.
2. Organizational
stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur organisasi, keadaan
fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam organisasi.
3. Group
stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup, kurangnya
dukungan sosial, serta adanya konflik intraindividu, interpersonal, dan
intergrup.
4. Individual
stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran, serta
disposisi individu seperti pola kepribadian Tipe A, kontrol personal, learned
helplessness, self-efficacy, dan daya tahan psikologis.
Terdapat
4 penyebab stres (stresor) menurut Lazarus dan Cohen (dalam Evans, 1982) serta
Evans dan Cohen (dalam Veitch & Arkkelin) :
1. Fenomena
catalismic, yaitu hal-hal atau kejadian-kejadian yang tiba-tiba, khas dan
kejadian yang menyangkut banyak orang seperti bencana alam, perang, banjir dsb.
2. Kejadian-kejadian
yang memerlukan penyesuaian atau coping seperti pada fenomena catalismic,
meskipun berhubungan dengan orang yang lebih sedikit sepeti respon terhadap
penyakit atau kematian serta ketika seseorang kena PHK.
3. Daily
hassles, masalah yang sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari yang
menyangkut ketidakpuasan kerja atau masalah-masalah lingkungan seperti
kesesakkan atau kebisingan.
4. Ambient
Stresor, yang terdiri dari kondisi-kondisi yang dilatarbelakangi oleh
lingkungan seperti kemiskinan, konflik keluarga.
D. KLASIFIKASI
STRES
1. Stres
Akut (Acute Stress) merupakan reaksi terhadap ancaman yang segera,
umunya dikenal dengan respon atas pertengkaran atau penerbangan (fight or
flight). Suatu ancaman dapat terjadi pada situasi apa pun yang pernah dialami
bahkan secara tidak disadari atau salah dianggap sebagai suatu bahaya.
Penyebab-penyebab stres akut antara lain:
a. kebisingan,
b. keramaian,
c. pengasingan,
d. lapar,
e. bahaya,
f. infeksi,
dan
g. bayangan
suatu ancaman atau ingatan atas suatu peristiwa berbahaya (mengerikan).
Pada
banyak kejadian, suatu waktu ancaman akut telah dilalui, suatu respon menjadi
tidak aktif dan tingkat-tingkat hormon stres kembali normal, suatu kondisi yang
disebut respon relaksasi (relaxation response).
2. Stres
Kronis (Chronic Stress). Kehidupan modern menciptakan situasi stres
berkesinambungan yang tidak berumur pendek. Penyebab-penyebab umum stres kronis
antara lain:
a. kerja
dengan tekanan tinggi yang terus menerus,
b. problem-problem
hubungan jangka panjang,
c. kesepian,
dan
d. kekhawatiran
finansial yang terus-menerus.
E. CARA
MENGELOLA STRES
1. Coping
Mengelola stres disebut dengan
istilah coping. Menurut R.S. Lazarus copingadalah proses mengelola
tuntutan (internal atau eksternal) yang diduga sebagai beban karena di luar
kemampuan individu. Coping terdiri atas upaya-upaya yang berorientasi
kegiatan dan intrapsikis (seperti menuntaskan, tabah, mengurangi atau
meminimalkan) tuntutan internal dan eksternal. Adapun menurut Weiten dan Lloyd
(dalam Syamyu Yusuf, 2009: 128) coping merupakan upaya-upya untuk
mengatasi, mengurangi atau mentoleransi beban perasaan yang tercipta karena
stres.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi coping:
a. Dukungan
sosial. Dukungan sosial dapat diartikan sebagai “bantuan dari orang lain
yang memiliki kedekatan (orang tua, suami/isteri, saudara atau teman) terhadap
seseorang yang mengalami stres. Dukungan sosial memiliki empat fungsi: (a)
sebagaiemotional support, meliputi pemberian curahan kasih sayang, perhatian
dan kepedulian; (b) sebagai appraisal support, meliputi bantuan orang lain
untuk menilai dan mengembangkan kesadaran akan masalah yang dihadapi, termasuk
usaha-usaha mengklarifikasi dan memberikan umpan balik tentang hikmah di balik
masalah tersebut; (c) sebagai informational support, meliputi
nasehat/pengarahan dan diskusi tentang bagaimana mengatasi atau memecahkan
masalah; (d) sebagai instrumental support, meliputi bantuan material, seperti
memberikan tempat tinggal, meminjamkan uang dan menyertai kunjungan ke biro
layanan sosial.
b. Kepribadian.
Kepribadian seseorang cukup besar pengaruhnya terhadap coping atau
usaha-usaha dalam menghadapi atau mengelola stres. Adapun tipe-tipe kepribadian
yang berpengaruh terhadap coping adalah sebagai berikut:
(1) Hardiness (ketabahan, daya tahan) yaitu tipe kepribadian yang
ditandai dengan sikap komitmen, internal locus control dan kesadaran
akan tantangan (challenge); (2) Optimisme, yaitu kecenderungan umum untuk
mengharapkan hasil-hasil yang baik atau sesuai harapan; (3) Humoris
2. Selalu
Berfikir Positif (Positive Thinking)
Seseorang yang
mengalami stres perlu kita berikan bantuan agar mereka terhindar dari persaan
tersebut, dengan selalu berpikir positif (positive thinking).
Menurut Al-Faqi (2009)
ada tujuh prinsip dasar berpikir positif, yaitu:
a. Problematika
hanya ada di dalam persepsi. Realitas tak lain hanyalah apa yang ada dalam
persepsi Anda. Kalau Anda ingin merubah realitas hidup Anda, mulailah dengan
merubah persepsi Anda.
b. Jangan
biarkan masalah tetap berada di tempat yang Anda temui. Yang terpenting bukan
apa yang terjadi pada Anda, tetapi pada apa yang akan Anda lakukan karena apa
yang terjadi pada Anda (Robert Schuer)
c. Jangan
jadi masalah pisahkan Anda dengan masalah. Tidak ada masalah yang akal manusia
tidak bisa menemukan jalan keluarnya (Polter).
d. Belajar
dari masa lalu, hidup masa sekarang, tentukan target masa depan. Masa
lalu hanya kenangan dan masa depan tak lain hanyalah perkiraan.
Penuhlilah hidup Anda saat ini dengan cinta Allah, maka masa lalu Anda akan
menjadi kenangan indah dan masa depan Anda menjadi perkiraan penuh harapan.
e. Selalu
ada nila spiritual dalam setiap problematika hidup. “Siapa yang bertaqwa kepada
Allah akan diberi jalan keluar dan akan diberi rejeki dari arah yang tidak
disangka-sangka” (QS. At-Thalaq: 4).
f. Perubahan
pikiran dengan berbagai alternatif akan merubah realitas dan pikiran yang akan
memunculkan realitas baru pula.
g. Allah
tidak menutup satu pintu kecuali membukakan pintu yang lain yang lebih baik.
Terkadang Allah menutup suatu pintu dihadapan kita untuk membuka pintu lain
yang lebih baik. Akan tetapi kebanyakan orang hanya memusatkan perhatiannya
pada pintu yang tertutup itu tanpa mau melirik pintu penuh harapan yang telah terbuka
di sisi lain hidupnya.
Strategi
berpikir positif. Pemikir adalah orang yang membuat pikiran dan pikiran
menyebabkan tindakan berpikir. Berpikir menjadikan konsentrasi, konsentrasi
menimbulkan perasaan, perasaan menyebabkan perilaku, perilaku menimbulkan
hasil, dan hasil menentukan realitas hidup. Bila Anda ingin hidup Anda
benar-benar berubah, rubahlah realitas Anda sebagai pemikir.
Strategi
keteladanan. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah suri
tauladan yang baik bagimu (QS. Al-Ahzab: 21).
Strategi
berkaca pada orang lain. Kita tidak melihat sesuatu sebagaimana adanya Ia. Kita
melihat sebagaimana yang kita pahami tentangnya (Socrates).
Strategi
merubah konsentrasi dan fokus. Semua orang besar akan tetap menjadi orang
besar. Setiap orang sukses pun akan selalu menjadi orang sukses, yaitu orang
yang selalu mengerahkan perhatian dan kemampuannya untuk target positif dan
pasti (Mordel).
Strategi
pasang surut. Setiap hari berbuatlah untuk menurunkan porsi apa yang tidak Anda
inginkan dan menaikkan porsi apa yang Anda inginkan. Lakukan terus sampai apa
yang tidak Anda inginkan hilang dari hidup Anda dan yang tertinggal hanya apa
yang ingin Anda dapatkan dalam hidup. Pikiran negatif diperkecil dan pikiran
positif diperbesar/diperluas.
3. Tersenyum
Senyum yang terlihat
sederhana akan mampu menciptakan kekuatan (power). Senyuman yang kadang
dianggap sebagian orang merupakan hal yang tidak penting dan sangat sepele,
namun tanpa kita sadari mampu memunculkan sesuatu yang luar biasa. Senyum
merupakan ekspresi wajah yang terjadi akibat bergeraknya atau timbulnya suatu
gerakan di bibir atau kedua ujungnya atau pula di sekitar mata.
Kebanyakan orang
tersenyum untuk menampilkan rasa bahagia dan senang. Apabila seseorang
tersenyum, maka wajahnya akan kelihatan lebih menarik, menyenangkan dan nyaman
untuk dipandang, daripada ketika Ia sedang dalam kondisi biasa atau bahkan
ketika sedang marah. Senyum juga merupakan simbul perdamaian dan persahabatan
(Thobrani, 2010).
Dalam ajaran Islam
memberi senyuman kepada orang lain bernialai ibadah, karena tersenyum kepada
orang lain sama dengan bersedekah, tentu saja senyum yang tulus. Suatu saat
ketika Anda tidak tahu harus berbuat apa ? atau memberi apa kepada orang lain,
Anda masih punya senyuman, maka tersenyumlah. Yakinlah bahwa setiap senyuman
membawa manfaat. Senyum membuat pikiran lebih jernih, segar dan terhindar dari
stres.
4. Relaksasi, yaitu
upaya pengurangan ketegangan: (1) relaksasi ketegangan otot; (2) relaksasi
kesadaran indera; (3) melalui yoga, meditasi, transendensi/relegius.
F. CONTOH
KASUS STRES
1. Stres
Kerja, Menyebabkan Kematian
Terlihat seorang wakil
pembicara dan karyawan yang berkumpul di luar
pabrik Foxconn di Shenzhen, Provinsi Guangdong Cina selatan pada
sebuah dokumen foto yang diambil tanggal 24 Februari 2010. “Perusahaan hanya
mementingkan kepentingan bisnisnya dengan memeras tenaga karyawan, sementara
upah pekerjanya sendiri masih sangat rendah, ironisnya karyawan tidak berdaya
akan kebijakan ini”. Pemogokan di Perusahaan Honda Motor dan serentetan bunuh
diri karyawan di Foxconn Technology (produsen
raksasa elektronik untuk industri seperti Apple, Dell dan
Hewlett-Packard) membuat Pemerintah Cina harus melakukan pertemuan dengan
perwakilan Management Perusahaan.
Seorang Insinyur
berumur 28 tahun yang bekerja untuk Foxconn (pembuatiPhone,
iPads dan gadget elektronik lainnya
termasuk Apple Inc) meninggal dunia “kematiannya mendadak” di
rumahnya di dekat pabrik Foxconn Shenzhen di provinsi Guangdong
China selatan. Penyebab kematian sedang diselidiki dan “kita sedang
mengumpulkan informasi-informasi pendukung penyebab kematian insinyur ini
termasuk keterkaitannya dengan pekerjaan,” kata salah satu
perwakilanmanagement perusahaan.
Surat kabar Ming
Pao di Hong Kong, melaporkan bahwa salah satu kerabat dekat Insinyur
mengklaim kematian rekan kerjanya itu dikarenakan “stres kerja”, setelah
bekerja 34 jam tanpa istirahat. Dampak dari laporan surat kabar yang terbit
langsung direspon positif oleh Perusahaan dengan mengumumkan pemberian 30 %
bonus pada karyawannya untuk meningkatkan dan membantu terciptanya lingkungan
kerja yang lebih baik selain itu kerja lembur karyawan akan dikurangi sehingga
bisa lebih banyak waktu untuk beristirahat. Aktivis ketenagakerjaan menuduh
perusahaan memiliki gaya manajemen yang kaku, dan karyawannya dipaksakan untuk
bekerja terlalu keras, namun Foxconn menyangkal tuduhan ini.
Dalam setahun ini diFoxconn Company “Sepuluh pekerjanya telah bunuh
diri dan tiga lainnya melakukan percobaan bunuh diri, rata-rata mereka
tewas karena terjun dari atas bangunan.
2. Cara
Penanganan
Kasus ini menerangkan
mengenai aksi protes para pekerja Foxconn di China yang mengatakan bahwasanya
pihak perusahaan tidak memikirkan hak para pekerja. Upah yang diberikan tidak
setimpal dengan apa yang dikerjakan. Hal tersebut terbukti dengan tewasnya
salah satu karyawan PT.Foxconn yang mati dirumahnya akibat stres kerja. Stres
yang dialami pekerja tersebut dikarenakan perusahaan menuntut untuk bekerja
keras tanpa istirahat.
3. Analisis
kasus dengan teori stres
Berdasarkan kasus
diatas para pekerja telah mengalami dampak psikologis yang cukup membahayakan
karena sampai melakukan bunuh diri hanya karena stres dengan pekerjannya. Stres
yang dialami oleh pekerja tersebut ialah sesuai dengan pengertian menurut
Widyastuti (2003) yang menyatakan bahwa stres kerja merupakan ketegangan yang
dengan mudah muncul akibat kejenuhan yang timbul dari beban kerja yang
berlebihan, tuntutan tugas yang mendukung terjadinya hal tersebut. Selain itu
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor penunjang lainnya seperti halnya
bertambahnya tanggung jawab tanpa adanya penambahan upah. Sehingga membuat para
pekerja tidak dapat memenuhi kebutuhan hierarkinya berdasarkan teori Masslow.
Diataranya mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan biologis mereka seperti halnya
pangan sandang dan papan. Hal tersebut dikarenakan upah yang mereka terima
tidak setimpal atau tidak mencukupi.
4. Kesimpulan
kelompok terhadap contoh kasus
Solusi yang tepat adalah dengan
merubah sistem kerja yang ada diperusahaan agar dapat memberi kenyamanan kepada
para pekerjanya. Selain itu juga menyesuaikan upah setiap pekerja berdasarkan
pekerjaan yang mereka lakukan, dengan begitu akan tumbuh motivasi mereka dalam
bekerja. Sehingga para pekerja dapat bekerja dengan semangat yang nantinya akan
berdampak baik bagi perusahaan. Berdasarkan pengertian motivasi yaitu suatu
kekuatan potensial yang ada didalam diri manusia yang dapat dikembangkannya
sendiri atau dapat dikembangkan dari sejumlah kekuatan dari luar yang ada
berkisar sekitar imbalan materi dan non materi yang dapat mempengaruhi hasil
kerjanya (Winardi, 2001).
BAB
III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Stress menurut Hans Selye 1976 merupakan
respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban
atasnya. Faktor yang mempengaruhi stress yaitu, faktor lingkungan, faktor
organisasi, dan faktor individu. Koping merupakan cara-cara yang digunakan oleh
indifidu unyuk menghadapi situasi yang menekan.Oleh karena itu meskipun koping
menjadi bagian dari penyesuaian diri,namun koping merupakan istilah yang khusus
digunakan untuk menunjukkan reaksi individu ketika menghadapi tekanan/stress.
DAFTAR PUSTAKA
Rohmat, C., 2012. Stes [Online]. http://cahayarochmat.blogspot.co.id/2013/12/makalah-tentang-stres.html. diases pada 17 Juni 2016
Dedeh. 2013. Pengertian Stres [Online]. http://dedeh89psikologi.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-stress.html. diakses pada 17 Juni 2016
Sari, D. 2012. STRES
Jenis, Aspek, Penyebab, Reaksi Fisik-Psikologis, Klasifikasi Dan Bagaimana Mengelolanya
[Online]. http://deevashare.blogspot.co.id/2012/05/stres-jenis-aspek-penyebab-reaksi-fisik.html.
diakses pada 17 Juni 2016-06-21
Nursidik,
A. 2010. CONTOH KASUS STRES
KERJA [Online]. http://bigsidik.blogspot.co.id/2013/12/contoh-kasus-stres-kerja.html. diakses pada 17 Juni 2016